Freelancer Tanpa Asuransi? Siap-siap Gigit Jari
![]() |
Agar tidak gigit jari dimasa pensiun, asuransi haruslah masuk dalam perencanaan keuangan seorang freelancer |
Ga berarti saya (dan suami) tergolong orang yang mampu dan berlebih sehingga punya niat untuk investasi. Justru, karena kami ini memiliki penghasilan yang pas-pasan jadi sangat butuh (dan harus) investasi guna kebutuhan dimasa yang akan datang, atau ketika kejadian tidak diinginkan datang.
Jadi, ketika fee project turun, maka mau tidak mau, saya harus menyisihkan dana tersendiri untuk kebutuhan investasi, ataupun untuk dana kesehatan. Sayangnya dengan cara ini pun ga berarti saya sudah, dan boleh merasa aman.
Berapa si, maksimal gaji web content writer disini? Apalagi untuk sekelas newbie seperti saya. Jadi, bila mengharap menyisihkan dana pensiun dua jeti aja... rasanya kok seperti pungguk merindukan bulan, ya.
Terlebih untuk dana kesehatan. Biaya yang satu ini, seolah-olah terus membumbung tinggi dari waktu ke waktu. Jika dulu cukup menyediakan selembar uang warna biru bergambar I Gusti Ngurah Rai; kini tiga lembar pun kadang hanya cukup untuk menebus biaya obat.
Beruntung tanggal 15 Oktober kemarin sempat ikut acara Allianz bersama Indscript di acara "Konsep Story Telling untuk Memenangkan Lomba Blog". Di acara tersebut, selain melatih kecepatan dan kemampuan story telling saya, akhirnya saya memahami bagaimana agar kita dapat memenuhi kebutuhan dasar kita (sandang, pangan, dan papan plus proteksi keluarga) serta tetap berinvestasi untuk biaya hidup di masa depan.
![]() |
Ibu Indari Mastuti saat Memberikan Materi
dalam acara "Story Telling untuk Memenangkan Lomba Blog"
|
Perlunya freelancer mempertimbangkan manajemen resiko vs investasi
Bekerja sebagai seorang freelancer itu sesungguhnya tidak mudah; karena selain jaminan flowcash yang tidak pasti, jaminan-jaminan sosial seperti pekerja kantoran pun otomatis tidak ada. Untuk itulah perlu perencanaan keuangan yang matang agar flowcash tetap positif sambil terus menyisihkan dana untuk masa pensiun nanti.
Rasanya sangat muskil kalo saya masih terus laku sebagai web content writer sampe usia 65 nanti. Makanya saat kemarin ada sesi tanya jawab, saya langsung tanya kepada pembicara Allianz, berapa si, jumlah yang musti kita sisihkan untuk investasi atau tabungan masa depan sekaligus mampu meng-cover kebutuhan di saat situasi tak terduga terjadi.
Ternyata jika saya merencanakan memiliki dana sebesar Rp10.000.000 guna biaya hidup sebulan pada masa pensiun saya nanti, maka saya harus menyisihkan dana sebesar Rp544.001.53 selama kurang lebih 15 tahun.
Lumyan terjangkau preminya; tapi andai ikut asuransi dari dulu, pasti preminya lebih kecil... |
So, jika Anda juga freelancer seperti saya (atau apapun profesi Anda) cobalah mulai pertimbangkan untuk memiliki polis asuransi sebagai salah satu jaminan investasi dan keluarga kita. Jangan sampai, deh, kita gigit jari dimasa tua hanya karena salah perencanaan di masa muda.
Terkesan menambah pengeluaran memang. Tapi semasa kita masih mampu untuk mencari penghasilan, saya rasa tidak ada salahnya jika kita membayar diri kita sendiri dengan polis asuransi, bukan? Be Healthy, Be Wealthy with Smart Insurance Solution from A-Z.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Allianz Writing Competition 2014
dengan tema
"Asuransi pada Setiap Aspek Kehidupan"
dan memenangkan penghargaan ketiga
17 komentar
Waaah bahasannyaa lengkap ya mak.Kita memang perlu berasuransi
ReplyDeleteiya, mak. Mumpung masih kuat dan produktif. Terbaik sebetulnya dari usia 20-an, si. Tapi sekarang juga belum terlambat kan ya...
Deletesemoga menang ya mbak
ReplyDeleteMatur nuwun mbak San
Deleteiya, mak.. betul... saya merasa asuransi ini memaksa saya menambah pengeluaran, padahal ini investasi di masa depan... karena kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi nanti, apalagi buat saya yang juga freelancer seperti mak Wiwit... gak ada jaminan sama sekali... saya harus mulai memikirkan asuransi nih biar tuanya gak ngerepotin orang lain ^_^
ReplyDeletesukses lombanya mak :)
Jadi, mari kita nambah project untuk memenuhi kebutuhan pwnsiun kita Mak oRin he he he
DeleteWah trimakasih infonya mak.. :))
ReplyDeleteSami-sami, Mak ^_^
DeleteWuuuuih pas banget nih buat daku yang juga seorang freelancer.
ReplyDeleteBenar banget, Ibunya Hana, kita harus benar-benar merencanakan tahapan untuk pensiun nanti #halahpensiun :))
Nyontek rencananya ya.
Thanks
Iya, mbak Juli. Mumpung asih ada waktu. Proteksi kesehatannya itu lho, menurut saya, sebagai perempuan kita perlu banget terproteksi untuk masalah yang satu ini. Maklum, biasanya perempuan tu adaaa ajaaa penyakitnya.
Deletengisi kuesioner itu fungsinya mirip konsultasi sama financial advisor ya mak:) goodluck mak..ulasannya bagus
ReplyDeleteBener Mak Wulan. Jadi sadar juga,kemana hasil kerja selama ini he he he
DeleteMatur nuwun sudah mampir ya, Mak. Sukses juga untuk jenengan.
Tertarik sih sama unit linknya tp blm coba buka fasilitasnya...
ReplyDeleteCobain, mbak. Lebih enak lagi kal telepon ke agensinya. Minta dibuatkan ilustrasi. Sekedar punya gambaran aja.
DeleteSelamaat Mak Wiwit.
ReplyDeleteJadi JUARA di lomba ini.
Makin rajin berasuransi yaa... :))
Makasih, Mak Nurul, selamat juga untuk jenengan...
ReplyDeleteYach kita ga bisa kopdar dong
wah bagus banget artikelnya gan, sangat bermanfaat
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung; silahkan tinggalkan komentar, namun mohon untuk saat hanya pengguna Google dulu yang dapat berkomentar. Insya Allah nanti akan saya tambah dengan kolom untuk komentar Facebook.