[Parenting Notes] Waktu Bersama Anak

Sesempit apapun waktu, sebaiknya tetap usahakan untuk memenuhi kebutuhan anak

Baru saja nganter Hana ke sekolah, dan saya mendapat renungan pagi ni. 

Ketika hendak memasuki gedung SD, saya melihat seorang anak yang terus memeluk ibunya. Wajah si ibu sedikit gusar. Di depannya berdiri seorang Bapak (99% yakin suaminya) yang berkata, “Sudah sebentar saja diantar masuk”

Sang Ibu berkata kepada anaknya, “Aduh, ibu sudah telat ini, Dik.” Hmm..sepertinya si Ibu ini hendak bekerja, karena saya kenal seragam yang ia kenakan.

Si Anak tetap tidak mau melepas pelukannya. Dengan anggukan kepala, si Suami tetap menyuruh istrinya menuruti kemauan putrinya. Akhirnya si Ibu mengantar juga masuk anaknya ke dalam.

Ketika keluar, saya sempat melirik ke kelas anak tersebut. Ia duduk diam memainkan kerudungnya, dengan wajah yang tidak begitu bahagia. Sementara si Ibu sudah tidak terlihat bersamanya. 

Di luar ketika menuju parkiran sepeda, saya mendengar si ibu ngomel panjang lebar dengan suaminya sambil berbocengan keluar dari sekolah.

Waktu sering menjadi alasan orangtua

Waktu sempit seringkali menjadi alasan orangtua untuk tidak memenuhi kebutuhan anak. 

Saya pun demikian. Suatu hari Hana minta belajar sholat. Pikir saya sambil menunggu Hana menyelesaikan bacaannya, saya membuka chat grup, mumpung ada waktu luang sedikit. 
Bisa ditebak saya malah tidak fokus, beberapa bacaan Hana yang salah tidak sempat saya koreksi. Bahkan Hana sempat berhenti di tengah-tengah karena lupa dengan bacaannya. Konyolnya, saya malah menyuruhnya melanjutkan ke gerakan berikutnya, alih-alih membantunya meneruskan bacaan yang lupa. Pikiran saya nge-blank, dan tidak tahu apa yang sudah Hana baca, itu alasannya. 
Meskipun pada akhirnya selesai, saya jadi tidak puas dengan hasilnya, Dan saya yakin Hana pasti merasa yang sama. Padahal sesi belajar itu hanya butuh waktu 10 menit. Lebih lama dari kebiasaan saya membuka-buka media sosial, atau chat grup.

Dua kejadian diatas kemudian mengingatkan saya pada sebuah buku “Curahan HAti Ananda”, karya Bunda Noor Wigati Abyz. Ada sebuah kisah tentang orangtua yang selalu berusaha meminta pengertian dari anaknya. Menurut orangtua mereka sibuk demi kebaikan anak, menyekolahkan, membesarkan dan membuat hidup mereka bahagia. Padahal kadang yang dibutuhkan anak hanya beberapa menit saja. 

Seperti contoh diatas, nggak bakal lama kan mengantar anak sampai masuk ke kelas? Sesi belajar Hana juga hanya beberapa menit kan? 
Catatan yang kedua, jika memang pada akhirnya memenuhi permintaan anak, kenapa juga harus ngomel. Orangtua BT dan anak tentu BT juga kan?

Apa yang terjadi pagi ini, benar-benar sebuah catatan untuk saya. Anak-anak kadang hanya butuh sedikit saja untuk diperhatikan, and everything will be just fine.

Saya harap, kakak yang minta diantar tadi saat ini belajar dengan bahagia. Dan saya juga berdoa, semoga Allah masih memberi kesempatan pada saya untuk memperbaiki sikap saya pada Hana saat itu.

Selamat pagi, selamat beraktivitas. 

Show 12 Comments

12 Comments

  1. Beneeeeer…. kita selalu merasa urusan kita jauh lebih penting daripada urusan anak. Padahal kita bekerja kadang untuk membeli kebahagiaan tuk anak…

  2. Makasih sudah diingatkan melalui postingan ini yah mbaaaak…

    Memang kita harus banyak introspeksi diri yah mbaak, makanya sebisa mungkin aku pun gak pegang hape kalo lagi bareng anak2 walopun sering tergoda hehe..

    Dan nge-drama cuma malem aja kalo anak2 udah tidur atau pas mereka di sekolah ๐Ÿ™‚

  3. Aamiin.. Aku juga terkadang masih suka main HP mbak pas lagi sama anak, hasilnya ya gitu anak jadi tantrum, padahal ya waktu buka hp lebih panjang daripada ketika sedang main sama anak di rumah karena terpotong juga sama kerjaan di kantor

  4. Iya, mbak. Biasanya mereka protes kalo nanya ini itu tapi terkadang kita cuekin karena sibuk balesin WA. Makanya, saya usahakan untuk tidak terlalu banyak main internet pas siang hari biar kalau anak nanya, jawabnya nggak sekenanya. ๐Ÿ™‚

  5. Seperti pernah baca kisah anak yang diantar ibunya itu, kisah anak sepertinya sama seua jika kta nggak ngeluangin waktu dikit aja buat anak

  6. Bener tu teh, gimana aja alur drakor tu kadang belum cocok untuk anak-anak

  7. Betul mbak, browsing sebaiknya memang saat anak-anak tidak disekitar kita. Apalagi kalo nanti muncul pop-up yang tidak diinginkan, kan malah bahaya

  8. iyakah, mbak? Kalau aku pernah nonton film dengan latar seperti ini, tapi endingnya anake trus sakit.

    Ya, mungkin namanya juga anak, masih butuh perhatian lebih dari kita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *