10 Trik Sukses untuk Mendisiplinkan Balita

caramendisiplinkanbalita_rahayupawitriblog
Sehari kemarin, nggak tahu kenapa topic pembicaraan kok sedang seputar Hana. Salah seorang kawan di sekolah Hana bertanya bagaimana mendisiplinkan Hana, eh siangnya editor saya kok juga bertanya hal serupa.
Bicara tentang disiplin Hana, bagi saya, Hana adalah anak yang cukup disiplin (btw, katanya ngomong kebaikan anak juga doa lho, he he he).Tidak berarti dia selalu on time melakukan kegiatan yang sama, pada waktu yang sama, dari hari ke hari. Disiplin Hana adalah disiplin santai; dia tahu apa yang harus dia lakukan dan dia berkomitmen akan hal tersebut.
Misal kalo pas main di luar dan waktunya pulang, ia pun pulang. Pekerjaan wajib dia, seperti PR, membaca, IXL, dia kerjakan sendiri tanpa saya perlu berteriak. Begitu kewajiban pribadinya, Alhamdulillah sekarang ini tak lagi pakai drama.
Termasuk juga waktu untuk sholat; dia sudah cukup paham “I know, I got to do this. And It’s for my own sake
Kalo ditanya bagaimana Hana bisa disiplin, …. Bagaimana ya, ini adalah sebuah proses yang lama, sangat lama … mungkin sejak dia mulai berumur 3 tahunan (Hana sekarang 7 tahun) atau mungkin juga bayi.
Awal menerapkan aturan pada Hana tu selalu penuh drama. Susah pakai banget! Tangis melengking, suara meninggi …. (duh, I wish I could do better). Jadi, semua tips parenting saya lakukan, beberapa berhasil, beberapa harus diganti dan dimodifikasi.
Tapi, saya mencatat beberapa hal penting yang saya lakukan untuk mendisiplinkan Hana saat balita.

10 trik saya untuk mendisiplinkan Hana saat balita

1. Lakukan kebutuhan bayi pada waktu dan jam yang sama 
Melihat beberapa contoh orang sukses, yang ternyata memiliki hidup yang disiplin, saya pun jadi pengen Hana kelak juga memiliki hidup yang disiplin.
Belajar dari banyak buku, juga situs-situs parenting, salah satu cara untuk memperkenalkan disiplin sejak dini adalah dengan melakukan kegiatan yang sama pada waktu yang sama, dan dengan urutan yang sama.
Entah sudah bawaan Hana, atau memang ritme bayi seperti itu; setiap jam 6 pagi dia musti bangun. Jam 7 mandi, dan usai mandi sudah ribut bila tidak mendapat ASI. Jam 9 atau jam 10 dia bangun, minta ASI, ngoceh ini itu, dan jam 12 sudah mulai minta ASI karena ingin tidur.
Jamnya tidak sama persis, tapi pasti tidak jauh dari jam-jam kebiasaan Hana.
Dan bila ingin berubah jam, biasanya dia akan tidur lebih lama, dan keesokan baru dia sudah punya ritme sendiri.
2. Kenalkan urutan kegiatan 

Sejak dari bayi, saat mandi biasanya saya ajak ngobrol Hana, “Habis ini adik ganti baju, terus mamam ASI, baru bobok lagi, ya.”
Setelah agak besar, biasanya sambil mandi saya tanya, “Setelah ini mau apa?”, “Jam berapa mau bobok siang?”, “Apakah sore ini Hana mau ke embah? Kalo mau kesana, berarti Hana harus mandi jam setengah empat”, dan seterusnya.
3. Mengenalkannya dengan waktu/ jam
Pikir saya si, sederhana, akan sulit untuk membuatnya mengerti waktu mandi, makan, atau kegiatan main bila Hana belum bisa membaca jam.
caramendisiplinkanbalita_rahayupawitriblog
Jam Simajiro Hana, salah satu alat untuk mendisiplinkan balita 
Alhamdulillah saat Hana masuk usia 3 tahun, saya menang give away Simajiro, mainan anak untuk mengenalkan waktu pada balita. Pas banget, Hana memang suka mainan sejenis, dibanding mainan seperti boneka atau masak-masakan.
Salah satu cara saya untuk mengenalkan perilaku dan aturan adalah dengan dongeng. Dan kebetulan paket Simajiro ini komplit dengan buku dongeng dan aktivitas.
Kalo sedang suka dengan sesuatu, Hana mudah sekali meniru. Begitu juga saat sudah punya Simajiro, saya tinggal menunjukkan waktu pada gambar atau malah jam Simajiro untuk menunjukkan kegiatan apa yang sebaiknya dilakukan pada waktu tersebut.
Oya, jam Simajiro ini memang dilengkapi dengan gambar kegiatan anak pada setiap waktunya. Misalkan jam 6 pagi mandi, jam 7 sarapan dan seterusnya.
Apakah ada drama dalam proses ini? Ya, tentu saja ada. Namanya juga anak-anak. Tapi nanti saya cerita terpisah saja ya, agar tak melebar kemana-mana.

Oya, saya juga pernah menuliskan trik mengenalkan waktu pada anak di Asian Parent Indonesia, sila ikuti tautan berikut “Mengenalkan Disiplin Waktu pada Anak”

4. Tidak ada ancaman
Saya itu parenting book banget he he he. Maklum, nggak punya adik, jadi nggak ngerti bagaimana cara seorang ibu membesarkan anaknya. Tahunya ya, cuma bagaimana ibu memperlakukan saya. Otomatis hal tetek bengek tentang bayi – balita saya nggak ngerti.
Nah, di salah satu buku yang pernah saya baca, katanya tu kalo pengen anak nurut, beri tahu saja konsekuensi dari pilihannya itu. Jangan pernah diancam.
Jadi lebih baik katakan, “Nanti badan adik akan gatal kalo nggak mau mandi” alih-alih bilang, “Kalo nggak mau mandi nanti ada ondel-ondel datang, lho”.
Mengancam anak adalah percuma, terlebih bila ancaman kita kemudian tak terbukti atau tak dilakukan; meski nggak mau mandi, nyatanya nggak ada ondel-ondel datang. Atau bila anak menolak mandi kemudian kita mengancam hendak menguncinya di kamar mandi, dan kemudian tidak melakukan apa yang kita katakan, maka anak akan mencatat bahwa ancaman kita hanya gertakan, dan hanya angin lalu. Wajar bila kemudian anak malah semakin bandel dan tidak menurut.
5. Konsisten
Saya termasuk tipe yang tega dengan anak; bila sudah memutuskan “enggak” ya akan “enggak” selamanya. Ini tantangan besar, karena biasanya kita malu bila anak ngamuk atau nangis keras-keras. Dan biasanya karena konsisten jugalah drama biasanya bermula. 🙂
Waktu memasuki usia 4 tahun (oh, ya, saya punya catatan perkembangan Hana, jadi cukup hafal dengan perkembangan Hana he he he), Hana mulai sulit mandi. Entah apa penyebabnya, pokoknya dia males banget. Mandi pagi pasti diatas jam 10, sementara mandi malam pasti hampir atau malah usai azan maghrib berkumandang.
Kadang tantenya jemput untuk ke rumah nenek sebelum jam 10. Saya melarang dia untuk pergi sebelum mandi. Tapi Hana justru kekeh nggak mau mandi. Hasilnya? Ya udah pasti drama; nangis jejeritan, tarik-tarikan badan, gendong kedalam kamar mandi, Hana malah lari keluar.
Dilepas paksa bajunya malah bajunya diambil lagi. Akhirnya dipaksa dimandiin sambil tetep pegangin baju kotornya dan nangis tentu saja. Usai mandi, bukanny a mau dipakein baju malah maksa pakai baju yang basah tadi.
Sebagai orangtua normal pasti melarang, begitu pula saya. Tapi ternyata hal tersebut malah salah; percuma bilang pada Hana bahwa nanti bisa masuk angin dan dingin, tetep aja pokoknya pakai baju yang basah itu.
Dan dengan dituruti dan dibuktikan bahwa ia akan merasakan apa yang saya bilang, barulah dia mau nurut. Setelah dipakaikan baju yang basah dan dia merasa dingin, barulah ia mau ganti baju. *lap keringat.
Dari sini saya belajar, bahwa saya harus konsisten dengan apa yang saya bilang, serta membuktikan bahwa apa yang saya bilang adalah benar dan terbukti.
Seperti saat bilang dia nggak boleh main sebelum mandi, atau baju kotor tidak akan dicuci bila tidak masuk keranjang baju, ya tetap seperti itu. Tak peduli seperti apa nangisnya dia, peraturannya akan seperti itu, selamanya.
6. Kasih sayang yang tulus, tanpa syarat
Ngerti si, kalo setiap orangtua pasti sayang sama anaknya, dan cinta mereka tentu tulus. Tapi kadang ucapan kita tidak seperti hati kita.
“Ayo, dik, makan, kalo nggak makan nanti ibu nggak sayang, lho” he he he sering gitu nggak?
Nah, saya coba menghindari kata-kata seperti itu. Saat “berperang dalam drama” sekuat tenaga untuk menjaga ucapan saya. Saya selalu bilang, “Ibu tu marah, karena ibu sayang Hana, ibu kasih tahu Hana mana yang baik dan yang buruk. Agar Hana kelak menjadi anak sukses.”
Jadi, menurut saya, anak perlu tahu kalo kita benar-benar sayang dia. Alhamdulillah bila ditanya “Ibu galak ngak dik? Apa ibu jahat?” dia akan menjawab, “Nggak kok, ibu kan cuma ngasi tahu. Tapi ngomongnya jangan keras-keras. Karena kalo keras sakitnya tu, disini,” begitu ucapnya sambil nunjukkin dadanya. Hi hi hi …
7. Biarkan ia memilih waktunya.
Lepas dari usia balita, saya coba untuk mengenalkan Hana dengan time planner. Tapi ia malah bosan, melakukan kegiatan yang sama dengan waktu yang sama persis. Meskipun jam pelaksanaanya pun dia yang pilih sendiri.
Jadi, sekarang saya lebih suka bertanya kapan ia mau mandi jam berapa, pekerjaan wajibnya akan dilakukan jam berapa, dan seterusnya.
Cara ini ternyata lebih berhasil, dan Hana bisa konsisten dengan semua kegiatan pribadinya.
8. Kenali karakter anak

Dari pengalaman diatas, ada beberapa hal yang saya sering tularkan pada ibu-ibu (selain tidak ada ancaman dan konsisten) yaitu kenali karakter anak, dan temukan sendiri gaya disiplinnya. 
Karena ada anak-anak yang cocok dengan gaya disiplin protokoler, jam dan kegitana rapi ditentukan di muka. Ada pula yang seperti Hana, disiplin tapi santai … Daripada memperpanjang drama, kita juga yang capek bukan?
9. Perbaiki diri
Kalo ini si, resep dari ustadz YM, pokonya kalo pengen anak baik, kita harus baik, kalo pengen anak disiplin, kita juga harus disiplin. Tunjukkan bahwa kita juga berusaha untuk disiplin disetiap hidup kita.
Ya, menjadi ibu rumah tangga yang nyambi jadi penulis konten, membuat saya memang harus pandai mengatur waktu. Meski tak berhasil setiap hari, tapi saya berusaha untuk menunjukkan pada Hana bahwa saya punya jadwal, dan berusaha sebaik mungkin memnuhi jadwal tersebut.
10. Doakan
Doa memang saya tulis terakhir, tapi sungguh ini adalah hal pertama dan selalu saya lakukan. “Tolong beri saya petunjuk untuk mendidik amanahmu, ya. Allah”, “Tolong saya bagaimana mendisiplinkan Hana”, “Tolong lunakkan hati Hana ya, Allah, agar mau mendengar kata-kata ibu dan ayahnya”, dan seterusnya. Masih ada banyak dan akan selalu ada doa untuk Hana.
Hmmm… sepertinya itu cara saya untuk mendisiplinkan Hana saat balita. Semoga bermanfaat ya …
caramendisiplinkanbalita_rahayupawitriblog
Show 7 Comments

7 Comments

  1. Ortunya juga harus disiplin menjalankan langkah2 itu ya, sedangkan aku lemah hiks

  2. lha, aku baru satu je, mbak, Alhamdulillah juga banyak yang bantu. Jadi mungkin karena itu aku bisa konsisten.
    Diriku dah lama nggak silahturahmi ke "rumah" jenengan yo. Meluncur kesana ah …

  3. Hai mbak Rahayu..Wah hana hebat udah bisa disiplin dari kecil.
    Pas banget tipsnya buat saya yang masih punya dedek bayi, mbak. No.1 & 2 udah mulai sy lakukan, tp suka banyak toleransinya mbak.

  4. Terima kasih mbak vanti. Tapi Hana juga masih butuh banyak belajar kok.

  5. Waaah penting banget ya memang mengajarkan anak disiplin waktu.. Aku jg ngga akan ngebiarin anak pergi kl dia blom mandi atau makan.. Aku sih mikirnya biar ngga ribet aja, eh ternyata itu masuk dalam hal mendisiplinkan jg ya.. Harus belajar lebih banyak lagi niiih. Makasi sharingnya ya Maaaak

  6. Mbaaa..meskipun saya ngga bisa me-list apa yang saya lakukan utk mendisiplinkan anak, tp insya Allah kita banyak kesamaan mba.. Termasuk ketika marah, kita mengatakan alasannya, mengapa dan untuk apa kita melakukan hal itu. Sepertinya karakter Hana hampir seperti Amay, sulung saya. ๐Ÿ™‚
    Hihi..iyaa..kadang memang perlu jadi "mama tega" ya mba.. Tapi insya Allah itu utk kebaikan mereka. ๐Ÿ™‚

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *