Belajar Cara Mendidik Anak dari “Little Big Master” on Nobar with Celestial Movie


Review Film “Little Big Master” #ilovehkmovies

Sutradara: Adrian Kwan

Penulis Naskah: Adrian Kwan dan Hannah Cheung
Produser: Benny Chan
Pemain:
  • Miriam Yeung sebagai Lui Wai-hung
  • Louis Koo sebagai Dong
  • Ho Yun-Ying Winnie sebagai Ho SiuSuet (Siu Suet)
  • Keira  Wang sebagai Tam Mei Chu (Chu Chu)
  • Fu Shun-yinh sebagai Lo Ka Ka (Ka Ka)
  • Zaha Fatimah sebagai Kitty Fathima
  • Khan Nayab sebagai Jennie Fathima
Pemain Pendukung:
  • Richard Ng sebagai Tuan Ho (ayah Siu Set)
  • Anna Ng sebagai Bibi Han (kerabat jauh Chu Chu)
  • Philip Keung sebagai Lo Keung (ayah Lo Ka Ka)
  • Lau Yuk-tsui sebagai Nyonya Lo (ibu Lo Ka Ka)
  • Dhilion Harjit Singh sebagai ayah Kitty dan Jennie
  • Asnani Mena sebagai ibu Kitty dan Jennie
Sahabat Pembaca berlangganan TV berbayar? Jika iya, coba deh cek, ada saluran Celestial Movies ngga?
Di hari Sabtu, 25 Oktober 2015, jam 20.00 WIB Celestial Movies menayangkan sebuah film bertema pendidikan yang sukses meraih keuntungan HK$46,6 juta (sekitar Rp 80 miliar) dan menjadi salah satu film box office di Hongkong; judulnya, “Little Big Master”. 
Film ini didasarkan pada sebuah kisah nyata, perjuangan seorang kepala sekolah untuk mempertahankan berdirinya sebuah TK sekaligus mengubah TK suram itu menjadi TK yang terkemuka. 
TK tersebut bernama TK Yueng Kong, yang ditahun 2009 mulai ditinggalkan oleh para muridnya. Para orangtua mereka menganggap bahwa sekolah tersebut tidak bisa menjawab keinginan para wali murid, yang menginginkan pendidikan bertaraf internasional untuk anak-anaknya.

Kisah dibuka dengan ditayangkannya sebuah video wawancara seorang guru dengan seorang murid yang enggan masuk sekolah. Si anak malas pergi ke sekolah karena merasa menjadi anak tak berguna. Nilainya di kelas selalu di bawah standar. 
Pihak sekolah, mencoba untuk memberi pengertian kepada orangtua si bocah tersebut agar memindahkannya dari kelas berbakat. Sayangnya, orangtua si bocah itu tidak terima dan malah bertanya siapa yang memberikan penilaian seperti itu terhadap anak mereka. Tak lupa mereka juga menyebut-nyebut kontribusi besar yang telah mereka berikan untuk sekolah. 
Guru yang memberikan penilaian tersebut ternyata adalah Lui Wai-hung (Miriam Yeung), yang saat itu juga menjabat sebagai kepala sekolah. 
Sadar bahwa orangtua si bocah adalah salah satu pemberi bantuan terbesar kepada sekolah, Dewan Sekolah malah meminta Hung untuk mengubah penilaiannya. 
Merasa usahanya untuk menyadarkan orangtua murid akan sisi psikologis anak mereka tidak di dengar, Hung akhirnya mengundurkan diri; tepat di hari ulang tahun pernikahan Hung. Uniknya, sang suami Hung ternyata juga baru saja melepaskan kontrak kerjanya. 
Pensiun di usia dini, Hung berencana untuk keliling dunia bersama suaminya
Hung pun kemudian mengisi hidupnya dengan pelbagai kegiatan. Namun, semua itu tidak bisa mengisi rasa kosong yang dirasakan Hung. Ia selalu ingin kembali ke sekolah dan mengajar kembali. 
Saat itulah ia melihat berita tentang TK Yuen Kong yang nyaris tutup karena ditinggalkan oleh para muridnya. 
TK tersebut kini hanya memiliki 5 orang murid. Murid-murid yang lain telah pindah ke sekolah dengan fasilitas yang, -menurut mereka,- lebih lengkap. Sementara kelima murid tersebut tetap tinggal karena tidak memiliki biaya untuk pindah, terlebih membayar biaya pendidikan di sekolah yang baru. 
Rencananya TK Yuen Kong akan tutup dalam kurun waktu 3 bulan jika mereka tidak mendapat murid baru untuk tahun ajaran baru tersebut. Meskipun begitu, kepala desa yang sekaligus menjabat pengawas sekolah terpaksa membuat iklan melalui Departemen Tenaga Kerja guna mencari kepala sekolah, yang juga bersedia bekerja rangkap sebagai pengawas sekolah, tapi hanya dengan gaji HK $4500.
Iklan tersebut kemudian menjadi berita terhangat, dan dikomentari negatif oleh masyarakat. Tapi justru, hal tersebut membuat Hung prihatin.
Rasa cinta pada anak-anak membuat Hung kawatir jika kelima anak yang tersisa akan terancam putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan ke sekolah manapun bila TK tutup. 
Untuk itulah ia nekat melamar jabatan kepala sekaligus pengawas sekolah TK Yuen Kong, dan menunda rencana perjalanan keliling dunianya. 
Pertama kali bertemu dengan Siu Suet (Ho Yun-ying Wennie), Ka Ka (Fu Shun-ying), Chu Chu (Keira Wang), dan si kembar Kitty (Zaha Fatima) dan Jennie (Khan Nayab), Hung dianggap sebagai orang asing atau reporter yang akan mewancarai mereka. Namun suasana mulai mencair ketika Hung menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya kepada mereka. 
Hari pertama menjabat kepala sekolah, pengawas, dan juga guru, Hung dikecam masyarakat sekitar. Bahkan seorang bibi penyapu jalan berkali-kali bersumpah, bahwa Hung tidak akan lama mengajar di TK Yuen Kong. Para pria-nya juga tak mau kalah, mereka menjadikan keputusan Hung tersebut sebagai judi. Banyak warga yang memasang taruhan tinggi jika Hung hanya akan bertahan selama beberapa hari saja. 
Demi anak-anak, Hung rela menunda perjalana keliling dunianya untuk terapi penyakitnya
Tentu saja dugaan warga salah, Hung terlanjur jatuh cinta pada murid dan TK Yuen Kong. Ia berusaha sekuat tenaga agar kelima muridnya tetap bisa sekolah. 
Ia menjadi sopir untuk Fatima dan Jenny, membantu orangtua Ka Ka mengusir para developer yang mengancam hendak mengambil rumah mereka, hingga mengajari Bibi Han wali murid Chu Chu cara mendidik anak dengan benar.
Tak hanya itu, Hung juga mengajak suaminya Dong (diperankan oleh Louis Koo) untuk membersihkan dan memperbaiki TK Yuen Kong. Hung akhirnya bertekat untuk mempertahankan keberadaan TK Yuen Kong. Ia membuat rencana untuk mengadakan acara “School Opening”dengan meminta bantuan dari para orangtua wali. 
Semangat di acara “School Opening”
Hung juga meminta bantuan kepada salah seorang kenalan pebisnis agar bersedia menjadi donatur TK mereka. 
Semangat dan kesibukan Hung sempat membuat Dong kawatir. Operasi tumor yang baru saja Hung jalani, seharusnya dirawat dengan memperbanyak istirahat serta mengurangi stress. 
Hari pembukaan sekolah pun tiba, semua sudah siap, pertunjukan, pemandu jalan, cemilan hingga dekorasi sekolah telah siap. Namun sayang hingga siang hari tak ada satu pun yang bersedia datang. 
Hung nyaris putus asa, ketika telepon dari calon donaturnya datang. Dengan penuh harap ia memenuhi panggilan tersebut. Namun ia justru kecewa, karena ternyata si calon donatur tersebut hanya ingin memanfaatkan ketenaran Hung sebagai guru berdedikasi guna menarik lebih banyak siswa untuk belajar padanya.
Hung kembali ke TK dengan penuh rasa kecewa. Sedihnya lagi di hari itu juga, Hung mendapat surat pemberitahuan pemecatan dirinya, karena tidak ada satu pun siswa baru yang bersedia mendaftar di TK Yuen Kong. 
Dong menggantikan Hung untuk mengajar anak-anak
Hung pun akhirnya pingsan, tak kuat menahan kelelahan dan beban yang disandangnya. Hung dibawa dan harus dirawat dirumah sakit karena kondisi kesehatannya yang semakin buruk. 
Sementara Hung dirawat, Dong lah yang mengajar kelima murid TK Yuen Kong. Rasa sayang pada kelima murid dan TK Yuen Kong pun akhirnya tumbuh dalam diri Dong. 
Pulang dari rumah sakit, Hung mendapat hadiah pentas seni dari murid-muridnya
Saat Hung sembuh, di saat itu pula hari kelulusan tiba. Anak-anak membuat sebuah pertunjukan sebagai hadiah atas pengabdian Hung selama ini. Saat mendengar denting piano yang dimainkan istri kepala desa untuk mengiringi pertunjukan, satu persatu orang desa datang. Mereka akhirnya tahu akan kerja keras dan kegigihan Hung. Keesokan harinya, mereka pun datang membawa anak-anak mereka ke TK Yuen Kong. 
“Bolehkah aku tidak lulus agar aku tetap sekolah disini, Bu?”
Film “Little Big Master” ini sungguh menguras air mata. Hampir semua blogger yang menghadiri tayang perdana film ini di 21 Cineplex Plaza Semanggi tak kuasa menahan air mata (iyah, saya juga hu hu hu).
Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari film ini. Dari adegan openingnya saja saya sudah trenyuh, betapa seorang anak bisa saja merasa stres dengan semua kegiatan belajar dan lesnya. 
Saya juga belajar bagaimana seharusnya kita mendidik dan berkomunikasi dengan anak-anak. Kita perlu memahami dan bicara dengan bahasa mereka agar mereka pun merasa nyaman dan terbuka terhadap kita. 
Satu hal lagi, dengan caranya, sesungguhnya anak-anak bisa mengerti apa yang sedang terjadi dengan lingkungannya. Hanya saja kita sering mengabaikan pendapat serta meremehkan mereka. Hal ini tergambar pada adegan saat Chu Chu berusaha mengalahkan ketakutannya akan hujan. Chu chu merasa orangtuanya meninggal karena dimakan oleh monster gunung yang turun saat hujan. Padahal yang terjadi sebenarnya orangtua Chu Chu meninggal karena kecelakaan mobil.
“Selamat jalan ayah-ibu, aku rindu padamu”
Ketinggalan nonton? Kepoin aja fan page Celestial Movies, siapa tahu “Little Big Master” hendak tayang ulang lagi nanti. 
Sambil nunggu gimana kalo nonton film-film box office yang biasa Celestial Movies putar. Celestial Movie bisa diakses pada beberapa TV berbayar berikut ini: 
  • Indovision (CH.20), 
  • MatrixTV (CH.9), 
  • Nexmedia (CH.508), 
  • OkeVision (CH.19), 
  • Skynindo (CH.19), 
  • Transvision (CH.112), 
  • TopTV (CH.20), 
  • Topass TV (CH.61), dan 
  • YesTV (CH.108). 

Hmm… sepertinya jadi dapet referensi channel film oke ni, he he he, I love HK Movies!

Sumber gambar: Celestial Movies, Little Big Master, dan Agrakom Para Relatika, 
Show 5 Comments

5 Comments

  1. Nyimak aj.. gak nonton film x.
    Pendidikan yang baik harus diperjuangkan
    Banyak penghalangnya nih
    Tapi…
    Kita harus!!!

  2. betul mbak, dan seperti sabda Rasul kan, butuh satu kampung untuk mendidik anak; apalagi generasi penerus.
    Matur nuwun sudah mampir ya…

  3. Ini film.inspiratif banget yang, Mak.

    Pendidikan memang harus diperjuangkan untuk siapa pun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *